Di Indonesia nggak banyak henna artist yang 100% menggunakan henna natural. Biasanya mereka yang menggunakannya adalah orang-orang yang terlanjur jatuh cinta dengan daun henna dan segala macam khasiatnya.
Kunci utama menjadi henna artist natural adalah sabar. Sama halnya dengan penggunaan pastanya yang harus penuh dengan kesabaran.
Tau kenapa?
Henna artist natural harus bersabar menjawab pertanyaan calon klien yang masih awam dengan henna natural.
Pertanyaan seperti:
1. “Mbak, ini ada warna apa aja, ya?”
2. “Mbak, kenapa pastanya musti ditahan semalaman?”
3. “Mbak, kok warna awalnya pucat, ya?”
4. “Mbak, apa nggak bisa dikerjakan dadakan?”
5. “Mbak kenapa saat dibersihkan pasta gak boleh dicuci?”
Kami harus menjawab dari utara ke selatan, dari atas ke bawah, dari panjang kali lebar hanya untuk menjelaskannya.
Henna artist natural juga dituntut untuk mengerti filosofi henna art. Begitu kompleks dan tidak semudah yang dibayangkan orang.
Kami harus menjadi ahli kimia dadakan. Karena tiap bahan yang kami racik harus prestisi dan tidak boleh asal-asalan. Sehingga daun henna dapat kami olah dengan baik, benar, dan bermanfaat.
Tantangan utama kami adalah ketika berhadapan dengan klien. Segala macam komplain hanya karena warna tidak cetar pun sering kami dapat. Dan kembali kami harus bersabar untuk menjelaskan tentang proses henna yang membutuhkan waktu untuk beroksidasi di kulit.
“Pagi-pagi kok udah baper sih, Kak? Habis dikomplain customer, ye?”
Nggak. Cuma pengen sedikit curhat. Karena menjadi henna artist natural itu berat, Juleha.
“Makannya, nggak usah pake henna natural kalo berat, Kak. Customer bakal lebih banyak kalo kakak nggak cuma pake natural. Salah sendiri ngeyel. Yang rugi situ sendiri, kan?”
Sayangnya aku udah jatuh cinta sama henna natural. Jadi meskipun nggak ada customer, paling nggak aku happy ngeracik, gambar, dan nungguin warnanya.
“Idih, terlalu idealis!”