Hei, Juleha. Mau ke mana? Udah cantik banget pagi-pagi begini?
“Biasa, Kak. Mau ngejob. Aku kan Henna Artist eksis. Hari ini aku ada job di lima tempat. Hebat kan?”
Wah! Hebat banget. Juleha keren, ih. Terus ini lagi nungguin apa?
“Nungguin Mas Bambang. Tadi katanya bannya bocor selesai nganter orang. Bentar lagi juga dateng.”
Ooh… Suamimu eksis juga jadi Ojol. Pagi-pagi udah ke mana-mana.
“Iya lah. Kami berdua itu pekerja keras, Kak.”
Sip sip sip. Patut ditiru.
“Kakak sendiri ngapain pagi-pagi di depan rumahku?”
Oh, lagi nungguin orang. Mau cod-an.
“Kasihan ya, rumahnya masuk ke gang, nggak kelihatan. Mau cod-an pun musti di depan rumah orang.”
Hehe… Juleha pagi-pagi udah bikin kesel, ya.
“Oya, Kak. Minggu lalu kan dirimu cerita soal bibit henna yang dibawa sama orang-orang Sahara. Terus gimana ceritanya bisa sampai ke India?”
Wah… ternyata Juleha penasaran, ya?
“Iya. Sampe lumutan nih otak Juleha. Lagian Kakak bagi-bagi ilmu musti mingguan. Kelamaan!”
Kan aku sudah bilang, daripada kamu kelamaan nungguin aku, mending langsung buka blog Henna Page. Baca sendiri.
“Idih… males. Buang-buang waktuku aja. Tinggal jelasin aja apa susahnya, sih? Sedekah ilmu itu pahalanya gede lho, Kak.”
Iya-iya. Apa kata Juleha aja, deh. Biar cepet aja, deh. Intronya kelamaan, yang baca jadi sebel juga ntar.
Jadi… minggu lalu kan aku cerita kalo bibit tanaman henna itu dibawa sama orang-orang dari Sahara dan juga disebar secara nggak sengaja sama burung-burung yang bermigrasi. Nah, inilah alasan henna menyebar luas. Dan di mana henna itu tumbuh, maka kebudayaan dan tradisinya juga akan sangat memengaruhi.
Sama juga ketika tumbuhan itu akhirnya tumbuh di daratan India. Iklim dan jenis tanah di India ternyata sangat cocok untuk tumbuhnya henna. Bahkan, beberapa jenis henna unggulan tumbuh di sana.
“Ooh… berarti daerah Sojat Rajasthan itu struktur tanah dan iklimnya emang paling oke buat tumbuhnya henna ya, Kak?”
Iya. Betul.
“Terus seni henna itu sendiri gimana bisa menyebar?”
Karena pedagangan. Penggunaan henna berawal dari sejarah panjang kemitraan di bidang perdagangan. Para pedagang dari Gujarat India menjual dagangannya sampai ke luar negaranya, lalu mulai mengenalkan seni henna yang biasa mereka sebut ‘Mahendi’ atau ‘Mehndi’.
Penggunaan henna berawal dari sejarah panjang kemitraan di bidang perdagangan.
“Jadi karena dagang, terus sekalian aja bagi-bagi info pemakaian henna sebagai seni menghias tubuh gitu ya, Kak? Pinter juga.”
Iya. Mereka kalo berdagang sampai jauh banget lho. Bisa sampai ke Arab, Persia (Iran), Malaysia, hingga Indonesia. Jadi nggak heran lagi, kan kenapa orang-orang keturunan India juga ada di Malaysian dan juga beberapa daerah di Indonesia?
Tapi meskipun bahan baku yang dipakai adalah henna, tapi penyebutan tiap daerah bisa beda-beda. Kayak di Arab kan disebutnya henna, di Indonesia pacar, Malaysia inai.
“Di Sumatera sana nyebutnya juga inai, tau.”
Ya kan Sumatera dan Malaysia deket, Juleha. Kalo sampai sama-sama nyebut Inai ya wajar, dong. Kan sama-sama orang Melayu.
“Tapi kok henna bisa sampai ke Eropa, Kak. Itu gimana ceritanya? Padahal dari penjelasan Kakak dulu henna tuh cuma bisa tumbuh di iklim panas, sementara Eropa kan lebih dingin.”
Ah… pertanyaan Juleha sip banget. Dulu ya… dulu banget, sempat ditemukan bukti penemuan manusia purba Neanderthal yang menggunakan henna sebagai pewarna untuk menghiasi tubuh. Nggak diketahui secara pasti kapan manusia purba mulai memakai henna untuk mewarnai rambut, tapi penelitian menyebut henna sudah digunakan sebagai pewarna rambut sejak akhir periode neolitik Mediterania Timur.
“Manusia purba Neanderthal itu dari mana sih, Kak?”
Jerman, daerah penemuannya bernama Neander.
“Oooh. Jerman.”
Nah, kenapa areal penggunaan henna bisa meluas sampai ke Eropa? Lagi-lagi aku musti bilang karena perubahan iklim di bumi. Dulu beberapa wilayah di Eropa yang letaknya di utara, suhunya lebih hangat dari wilayah selatan, sehingga menjadi sasaran perluasan budaya muslim ke utara. Tapi itu nggak berlangsung lama, karena ketika iklim sudah kembali seperti sekarang ini, utara lebih dingin dan selatan mulai menghangat, budaya muslim ditarik balik lagi ke Afrika Utara dan beberapa negara timur tengah. Gitu.
“Oh… begitu.”
Juleha mudeng kan?
“Iye-iye. Besok kalo aku pas free boleh diterusin lagi informasinya, Kak. Lumayan lho kalo pas ngejob aku bisa pamer pengetahuan itu sama klienku. Aku jadi kelihatan pinter, kan?”
Ogah! Kalo Juleha mau bayar, aku baru mau.
“Mata duitan banget, sih?”
Biarin. Nothing for free, darling. Eh, orang yang mau cod-an udah dateng tuh. Dadah, Juleha. Selamat menunggu Mas Bambang.
“Iye-iye! Dasar pelit.”
bersambung…
Cerita oleh Mirna Yuliana dengan data disadur dari Henna Page